Negara Palestina antara Realitas dan Cita-cita
Dr. Nisrin Murad
Bangsa Palestina bersama Arab dihadapkan
pada langkah sulit lain dalam sejarah konflik dengan zionis Israel;
deklarasi negara Palestina merdeka. Ini mengingatkan deklasi negara
Palestina merdeka di Aljazair tahun 1988 oleh mendiang presiden
Palestina Yaser Arafat. Israel mempersiapkan diri menghadapi ini dengan
baik dengan dukungan yang tidak mungkin diabaikan dari kekuatan
internasional utama, terutama Ameirka. Di sisi lain, pihak Palestina dan
Arab dalam kondisi mengalami kemunduran dan chaos, SDM dan potensinya
terpecah belah.
Pihak Palestina dalam posisi yang tidak
menarik di internal, setelah Israel keberatan dalam semua masalah di
dalam konflik. Situasi di Al-Quds Timur jajahan tahun 1967 sangat rumit
karena adanya pemukiman penjajah, rencana pembangunan pemukiman yang
semakin ekspansif. Wilayah Palestina yang diharapkan akan didirikan
negara Palestina di sana berubah menjadi lahan empuk pemukiman Israel,
demografi Palestina menjadi tercerai berai.
Perbatasan negara Palestina yang menjadi
harapan telah hilang. Tembok pemisah keamanan Israel termasuk
gerbang-gerbang keamanan menjadi merebak dan menjadi bagian terbesar
dari perbatasan negara harapan itu sesuai dengan visi Israel. artinya,
negara Palestina itu pelan-pelan dipecah-pecah. Perbatasan timur Israel
dengan Jordania tidak lebih baik. Perbatasan Jordania – Palestina di dua
koridor sempit untuk lewatan orang. Semua itu dikendalikan penuh oleh
Israel.
Pilar-pilar negara Palestina akhirnya
bergantung pada apa yang dibolehkan Israel baik secara keamanan, politik
dan ekonomi bahkan kebudayaan sekalipun. Keamanan Palestina tergantung
dengan keamanan Israel. politik internal dan eksternal Palestina
dikendalikan dan diikat sebisa mungkin oleh Israel. Demikian juga
ekonomi disamping bergantung kepada bantuan luar negeri.
Israel sendiri menolak berdirinya entitas
politik merdeka yang diakui dunia. Sebab itu akan memukul Israel dari
dasar karena ia harus mengembalikan apa yang dia rampas dari Palestina
berupa hak-hak nasional, poltik dan kemanusiaan selama berdekade-dekade.
Bertolak ke PBB dan mendapatkan pengakuan dari organisasi ‘orang lemah
dan tidak berdaya’ yang meletakkan otoritas Palestina berhdapan dengan
entitas Israel secara terbuka.
Warga yahudi di Tepi Barat menggelar aksi
teroris terorganisir sejak berdekade. Pada saat yang sama, tidak ada
perlindungan sesuai bagi warga Palestina. eksitensi mereka terancam.
Otoritas Palestina sendiri tidak memiliki sarana untuk menghadapi
terorisme warga pemukim yahudi.
Di tengah situasi Arab yang melakukan
gerakan perubahan mendasar menyebabkan isu Palestina akan dihapus dari
prioritas. Ini bisa berlangsung dalam jangka yang lama. Tidak ada
dukungan maknawi, politik, ekonomi yang bisa mendukung warga Palestina
yang terkurung sekarang dari kebutuhan makannya.
Amerika masih banyak menentukan namun dia sendiri terlilit masalah ekonomi dan pendanaan. Demikian halnya dengan Eropa.
Di tengah keputus asaan akan lahirnya
entitas politik Palestina merdeka, masih ada tempat untuk berharap akan
adanya mukjizat. Sebab kawasan ini memang bumi mukjizat dari sisi
sejarah dan spiritual agama. Siapa yang berani memastikan mustahilnya
deklarasi negara Palestina sepihak?
Israel sendiri juga tunduk kepada gelombang
perubahan di kawasan sebab watak kompisisi khusus yang memang tidak
bisa berbaur dengan kelompok masyarakat yang tidak seideologi.
0 komentar:
Posting Komentar
Assalamu'alaikum, saudaraku seiman sebaiknya bila berkomentar memakai kalimat baku Bahasa Indonesia juga dengan sopan.